Selasa, 06 Juli 2010

Trafficking 3 ABG Ditangguk Polisi Purwakarta

PURWAKARTA, Pantura News—Petugas Unit I Reskrim Polres Purwakarta memburu kawanan pelaku perdagangan manusia (trafficking) yang membawa kabur 3 ABG warga Kp Cinangka, Desa Cikopo, Kec Bungursari, Purwakarta, ke Palembang dua pekan lalu. Ketiga ABG ini tidak mengenyam sekolah, dijadikan PSK di sebuah lokalisasi di Palembang.

PEMBURUAN yang dipimpin Ipda Pol Aris berhasil menangkap 3 pelaku di lokalisasi Kampung Baru, Palembang dan membawa pulang 3 ABG dengan selamat. Kemudian diserahkan kepada para orang tua mereka di Mapolres Purwakarta, Senin (5/7).

Kepala Polisi Resor (Kapolres) Purwakarta AKBP Hery Susanto didamping Wakapolres Purwakarta Kompol Agung, Kaur Bin Ops Reskrim Iptu Sutikni dan Kanit I Reskrim Ipda Aris, kepada wartawan membenarkan pihaknya berhasil memulangkan 3 ABG warga Purwakarta yang jadi korban trafficking tersebut. “Petugas juga menangkap 3 pelaku trafficking di Palembang dan di Cinangka, Purwakarta,” jelas Hery.

Tiga pelaku trafficking tersebut, satu di antaranya adalah wanita berinisial NM (31) warga Kampung Cariu Barat RT 02/03 Desa Pangulah Utara, Karawang. Dua pelaku lainnya, DS ( 32) warga Gg Sadewa RT 06/06 Kelurahan Dua Ilir, Palembang dan W, 36, warga Kp Cinangka RT 04/02 Desa Cikopo, Purwakarta.

Ketiga pelaku itu kini mendekam di ruang tahanan Mapolres Purwakarta dijerat Pasal 6 dan Pasal 10 UU 21/2007 tentang perdagangan manusia. Dan Pasal 83 UU 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dengan ancaman penjara di atas lima tahun.

Ketiga orang ABG itu, yaitu Di, In dan Ela--ketiganya berusia 16 tahun sudah kembali ke pangkuan orang tua masing-masing. “ Sekarang saya lega karena anak kelima dari 6 bersaudara telah ketemu dan bisa berkumpul kembali dengan keluarga. Saya berterima kasih sekali ke polisi Purwakarta,” ucap Slamet (48) ayah Di kepada wartawan di Mapolres Purwakarta, Senin siang (5/7).

Slamet menuturkan, anaknya menghilang sejak 21 Juni 2010 lalu dari rumah tanpa kabar yang jelas. Selama empat hari mencari keberadaan putrinya. Bahkan tetangga dan teman sepermainan putrinya di kampungnya.

Dia mendapat kabar bahwa Di bersama 2 ABG bermainnya dibawa ke Palembang dengan janji dipekerjakan di sebuah salon. “ Kemudian saya menghubungi para orang tua 2 ABG yang senasib dengan Di. Kemudian saya melaporkan ke polisi,” jelasnya.

Ia mengakui bahwa Di mudah kena bujuk rayu seseorang yang baru dikenalnya karena tidak mengenyam bangku sekolah.

Sebelum dibawa kabur ke Palembang, Di sempat bekerja sebagai pembantu dan pelayan salah satu restoran Padang di Jakarta. “Sampai akhirnya ia diperdaya pelaku trafficking karena saat itu Di menganggur,” jelasnya.

Di menjelaskan, selama dua pekan di Palembang dia dipekerjakan NM yang kerap dipanggil Mami di sebuah lokalisasi dengan upah Rp 150 ribu setiap melayani 1 orang hidung belang. “Selebihnya Mami yang memungut,” paparnya lirih.

Selama itu pula, Di mengakui dirinya telah melayani banyak lelaki hidung belang yang kebanyakan masih muda. “Saya tidak mau melayani kakek-kakek. Saya layani umumnya yang masih muda. Karena itu, saya sering didamprat Mami,” tandasnya.

Sakalipun dijadikan pelayan syahwat kaum adam, namun Di mengatakan tak menyesal dipekerjakan di Palembang. Padahal keberangkatannya ke Palembang, selain tak diketahui orangtuanya, juga tak diketahui sang kekasih.

Dia memaparkan alasannya kepada wartawan tak menyesal karena sudah tak perawan lagi. “Perawan saya direnggut pacar,” ungkapnya, sembari mengutak-atik telepon cellular miliknya. Ade Jajuli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar